Sehari bersama Sekretaris Kementrian Pertanian RI

Thursday, December 22, 2011


Press Release

Sehari bersama Sekretaris Kementrian Pertanian RI
Oleh: Arinal Haq Izzawati Nurrahma

          Ini terbilang kuliah spesial, selain dosen yang mengajar kami dalam MK Penyimpanan dan Pengujian Mutu benih adalah orang hebat, kuliah ini telah ditunda selama dua kali karena menyesuaikan dengan jadwal kesibukan beliau di Kementan. Alhamdulillah, akhirnya Ir. Baran Wirawan, MSc bisa meluangkan waktu untuk mengajar kami (Indigenous 45) hari ini (Rabu, 21/12).
          Pak Baran, begitu civitas Agronomi dan Hortikultura IPB menyapa beliau, memberikan materi kami tentang bagaimana Sistem Pengendalian Mutu Benih. Sebelumnya bapak pernah menyampaikan kuliah juga dalam MK Kapita Selekta Pertanian dengan tema Perbenihan Nasional.
          Menurut beliau, tujuan dari penyimpanan dan pengujian benih yaitu diperolehnya output benih yang bermutu. Jika benih yang diproduksi adalah benih bermutu, maka yang diterima oleh petani juga benih bermutu. Benih bermutu sangat penting karena peranannya sangat besar dalam produksi pangan.
          Penggunaan benih bermutu berkaitan erat dengan varietas yang dilepas. Contohnya pelepasan varietas Ciherang sebagai pengganti IR-64 mampu meningkatkan produksi beras nasional, sehingga pada tahun 2008-2010 Indonesia mengalami swasembada beras. Mengetahui rona muka kami yang bertanya-tanya, “kalau pada tahun tersebut swasembada beras, tetapi kenapa Indonesia masih mengimpor beras?”, bapak menjelaskan kalau impor beras dilakukan sebagai cadangan beras nasional ketika menunggu saat panen tiba. Definisi swasembada adalah jumlah produksi pangan kita melebihi jumlah yang kita butuhkan. Jika dihitung dari segi produksinya, beras Indonesia jumlahnya sudah melebihi kebutuhan.
          Negara maju telah menerapkan sistem mekanisasi mesin tanam yang mampu menanam padi dengan jarak tanam terukur pada lahan yang cukup luas dengan waktu singkat dan efisien. Pada mekanisasi mesin tanam menghendaki penggunaan benih bermutu. Benih keluar dari hole (lubang) yang telah terukur besarnya sehingga dibutuhkan benih yang ukurannya seragam agar dapat keluar dengan sesuai. Jika ukuran benih terlalu kecil, benih akan keluar dari hole lebih dari satu, sedangkan bila benih terlalu besar dapat menyumbat hole. Dengan teknologi dapat diperoleh ukuran benih yang seragam, salah satunya dengan seed coating. Melalui seed coating pula dapat dilakukan pelapisan pesticide, plant grower, fertilizer, dll. Perkembangan teknologi budidaya harus diikuti juga dengan perkembangan teknologi perbenihan agar tidak terjadi ketimpangan teknologi.
          Bagaimana dengan di Indonesia? Lihat saja di sepanjang jalur pantai utara ketika musim panen tiba. Banyak tenaga kerja yang turun ke sawah melakukan pemanenan dengan sabit. Panen dengan metode seperti ini memberikan loses hasil panen mencapai 20%. Namun demikian, ketika diperkenalkan teknologi baru yang padat modal seperti harvester, power trasher yang mampu menekan loses, timbul masalah baru yakni masalah sosial budaya. Penggunaan alat-alat tersebut membuat banyak tenaga kerja menjadi kehilangan pekerjaannya, sehingga akan menimbulkan masalah sosial.
          Jika saja industri di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja tersebut, sistem pertanian dapat dijalankan dengan lebih efisien. Dari sistem pertanian yang efisien akan diperoleh harga produk pertanian yang murah, sehingga produk pertanian mempunyai daya saing dengan produk impor. Jika harga produk pertanian dalam negeri sudah bersaing, maka tidak perlu lagi dilakukan impor.
          Selain itu, apa sih sebenarnya yang menyebabkan harga produk pertanian di tingkat pasar itu lebih mahal daripada produk impor? Begini penjelasan dari bapak, “ di Indonesia itu luasan 1 hektar dikerjakan untuk 3 orang, sedangkan di Thailand 1 orang mampu memiliki lebih dari 3 hektar”,. Di Thailand, pasar terintegrasi dengan processing-nya, adalah hal yang biasa di pasar itu terdapat alat-alat prosesing. Petani langsung menjual produknya ke pedagang, dan pedagang langsung mengelolanya sendiri di pasar. Pasar mereka lebih besar, dibangun permanen dan bersih. Kalau di Indonesia, agar barang sampai ke pasar saja harus melaui rantai yang panjang. Dari petani ke pengumpul terlebih dahulu, setelah itu ke pedagang sekunder dan baru sampai ke tingkat pasar.
          Sistem pengendalian mutu yang kuat terbagi dalam tiga lini, yaitu pengendalian hulu, madya dan hilir. Pegendalian hulu yaitu dalam pengujian, penilaian dan pelepasan varietas menerapkan DUS test. DUS test (Distinct, Uniform and Stability) test merupakan syarat mutlak suatu varietas baru yang akan dilepas. Pengendalian madya yaitu dalam proses produksi benih, memperbanyak benih dari BS ke FS, SS dan ES. Pengendalian hilir yaitu mengawasi peredaran benih di lapang, mulai dari distribusi hingga ke pemasarannya.
          Benih bermutu itu harus baik dan benar. Baik secara fisik dan fisiologis, serta benar secara genetiknya. Begitu ungkap Bapak mengakhiri kuliah dengan kalimat yang sering disampaikan Bapak Sadjad.
          Santai dan mengena, begitulah kuliah benih hari ini. Terimakasih bapak telah membuka cakrawala berpikir kami, semoga akhir tahun ini memberikan pengetahuan yang lebih matang mengenai sistem perbenihan Indonesia dan di tahun yang akan datang kami mampu melanjutkan perjuangan-perjuangan para pendahulu kami.
Kuliah MK Penyimpanan dan Pengujian Mutu Benih
Rabu, 21 Desember 2011
Ruang Seminar (Wing 13 Level 6)
Departemen Agronomi dan Hortikultura
 Institut Pertanian Bogor

You Might Also Like

0 comments