Dibilang alumni, yah memang alumni, tapi umur jadi alumni belum genap 1 tahun. Kalau bukan karena teman-teman banyak yang kerja di Jakarta dan pada ikut reuni pun rasa-rasanya mikir dua kali mau ikutan. Tapi mikir juga, ini event beginian kan jarang-jarang, masa' iya mau nunggu reuni ke 100 buat ikutan, ngitung-itung umur ya kalau masih diberi panjang umur. Pilihannya ya jadi yang paling muda atau malah nggak pernah ikut ngerasain reuni sama sekali.

Pelaksanaannya udah lama, 5 Oktober lalu, tapi baru sempat posting (hahaha).

Sebenernya salah satu alasan kenapa ngotot banget pengin ikut reuni nggak lain dan nggak bukan karena dalam susunan acara bakal ada pembacaan puisi oleh bapak Taufiq Ismail. Kenal beliau kan? Pasti dan seharusnya, berapa jumlah puisi beliau yang tertulis di buku-buku pelajaran dari SD hingga SMA yang wajib kita baca. Yap, dan beliau adalah alumni IPB dari fakultas Kedokteran Hewan, beliau lulus pada tahun 1963, tepat 50 tahun lalu.

Heboh?? Nggak begitu. Mungkin karena nggak banyak yang kenal beliau, dan suasana saat itu memang sedang crowded sangat. Saya masih menyimak beliau ketika membacakan sajak berjudul 'almamater' dan satu lagi tentang si 'kasim'. Untuk sajak yang kedua saya memang sudah akrab, sering membaca berulang kali, karena menyentuh dan menyemangati. Lagi asyik-asyiknya menyimak, tiba-tiba salah seorang menepuk bahu saya dan bertanya 'siapa sih itu yang di depan?'. Wah.... 'itu taufik ismail'. Apa komentar selanjutnya? 'Lho lulusan IPB juga?'. Jlebb. Haha, atau mungkin saya yang kelewat mengagumi beliau hingga sudah tahu terlebih dahulu kalau beliau adalah alumni IPB, bahkan saya tahu kalau Marah Rusli, novelis roman sastra lama juga alumni IPB juga, alumni Kedokteran Hewan juga. Dan setahu saya, dari orang-orang inilah kelak kemudian IPB jadi mempunyai plesetan "Institut Publisistik Bogor". Aah entahlah... hanya pendapat.

Nah, biar nggak pada penasaran yang mana sih bapak taufik Ismail itu, saya kebetulan sudah download foto beliau dari grup himpunan alumni IPB.