Fenomena Mudik dan Ekonomi Masyarakat Pedesaan

Monday, August 05, 2013

Beberapa waktu lalu sempat mengikuti acara dialog di televisi yang mengangkat tema "Mudik Lebaran" dengan narasumber dari bidang Hukum, Jasa Transportasi dan Pengamat Politik. Tidak begitu menyimak secara serius, hanya saja beberapa poin penting sedikit berbeda saya tangkap dari diskusi ini dan juga saya hubungkan dengan poin-poin pembahasan tentang mudik yang pernah saya dapatkan sebelumnya.

Tradisi mudik di Indonesia ini terbilang unik, sebuah tradisi akibat penyederhanaan dari adat istiadat yang telah berlaku secara turun temurun. Bagi masyarakat yang rumahnya berdekatan, mengunjungi tetua mereka adalah hal yang wajib, jika tidak melakukannya pasti mereka akan menjadi bahan pembicaraan para tetua tersebut. Tak berbeda dengan tradisi mudik, hanya saja saat ini kebanyakan generasi muda akan merantau setelah mereka menginjak usia bekerja menuju kota yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan menjanjikan bagi masa depan mereka utamanya kota-kota besar. Karena jarak tempat mereka bekerja dengan kampung halaman asal mereka yang jauh inilah menjadikan lebaran sebagai ajang khusus untuk wajib pulang bersilaturahmi mengunjungi tetua mereka, sanak saudara mereka di kampung halaman. Bahkan tak jarang mereka selalu mengatakan yang penting pulang bagaimanapun caranya.

Sebenarnya tak hanya Indonesia saja yang memiliki budaya seperti ini, bahkan di negara seperti Amerika Serikat juga terdapat tradisi mudik pada Thanks Giving days, di Korea juga demikian pada saat natal. Perbedaannya adalah kalau di USA itu sebaran mudiknya lebih merata, sebab pusat-pusat pemerintahan di Amerika nggak terpaku pada satu kota seperti Indonesia yang tarpaku di Jakarta. Yang jadi masalah adalah soal sarana pra sarana transportasinya. Kalau misalnya pusat perekonomian ada di kota A, pusat pemerintahan di kota B, berarti kan akses dari dan ke dua kota tersebut harus baik. Kalau sistem pemusatan kekuasaannya tersebar, berarti juga kan akses di seluruh wilayah juga baik. Nah, jadi soal kalau cuma Jakarta saja yang jadi pusat segalanya, otomatis juga akses yang baik yang cuma dari dan ke Jakarta, sekitar Jakarta, alias Jabodetabek saja, maka ya nggak kaget kalau tiap kali mudik dan tiba di kota-kota yang sudah mulai jauh dari Jakarta, akses jalannya udah mulai agak nggak karuan alis blong bentong bolong-bolong.

Kalau dari sisi ekonomi nih yang saya pernah pelajari, adanya tradisi mudik ini justru menguntungkan masyarakat pedesaan lho.. Tanya kenapa? Kalau mudik kan nggak mungkin nggak beli apa-apa, pasti kan si pemudik ini juga butuh makan, butuh minum, atau taruh-lah mobil yang dipakai mudik kan juga butuh bensin, jadi belilah bensin buat transportasi selama di daerah asal. Dampaknya?? Ya perekonomian di daerah kembali bersemangat, orang yang beli bensin juga nggak 1 atau 2 orang aja, berarti kan si penjual bensin dapat laba lebih banyak dunk.. Kalau dapet laba lebih banyak, berarti juga kan dia bisa belanja kebutuhan lebih banyak juga kan... Ya seperti itulah, dan itu nggak cuma 1 atau 2 orang, jadi bisa kebayang dong betapa hidupnya perekonomian di pedesaan.

Mungkin itu sedikit uraian. Keep visit this site :)

You Might Also Like

0 comments