FDA: “Masa Depan Pertanian Indonesia di Tengah Tingginya Harga Pupuk”

Thursday, January 10, 2013


            Tak ada pupuk, petani susah. Ada pupuk, tak ada uang, petani susah. Saat tanam tiba, tapi pupuk belum terdistribusi, petani juga susah. Semuanya jadi serba susah. Apa dan bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan petani Indonesia menanggapi kasus ini?

Departement of Agriculture BEM Faperta 2010 memfasilitasi mahasiswa yang tertarik dalam diskusi masalah pertanian yang berkembang saat ini dalam Forum Discussion of Agriculture (FDA) yang bertempat di Ruang Sidang Fakultas Pertanian (Sabtu, 1 Mei 2010). Acara ini dihadiri mahasiswa Fakultas Pertanian dan beberapa tamu undangan dari Fakultas lain, maupun Himpro. FDA perdana ini mengangkat tema “Masa Depan Pertanian Indonesia di Tengah Tingginya Harga Pupuk”, mengundang Ir. Heni Purnamawati, MSc Agr. Acara dibuka oleh MC pukul 14.00, dilanjutkan sedikit pengantar mengenai kondisi pupuk di lapangan saat ini oleh moderator (Fajar Shidiq Al Afghani). Setelah peserta diberi gambaran, barulah diisi dengan materi oleh Ibu Heni.

Luas lahan di Indonesia semakin sempit. Walaupun sudah ada usaha membuka lahan untuk sawah, tetapi tidak mampu mengimbangi laju konversi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian. Ini menyebabkan luas areal persawahan di Indonesia semakin berkurang, dan untuk mencapai tuntutan produktivitas tinggi, digunakanlah cara Intensifikasi yang salah satunya adalah penggunaan pupuk. Penggunaan lahan yang terus-menerus disertai penggunaan pupuk anorganik menyebabkan lahan menjadi kekurangan daya dukungnya. Dan jika itu terjadi, dapat berdampak pada krisis pangan.

Tanah tidak selamanya menyediakan hara tanaman dalam komposisi lengkap, untuk itu dibutuhkan suplemen tambahan agar bisa memenuhi nutrisi tanaman. Pupuk merupakan bahan yang diberikan untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Akan tetapi, penggunaan pupuk melebihi dosis dapat menimbulkan residu pupuk yang besar. Ini terjadi di kalangan petani kita, kurangnya informasi yang diberikan kepada petani menyebabkan petani menjadi salah pengertian tentang pupuk. Pupuk dianggapnya sebagai barang super yang semakin banyak diberikan, maka produktivitas semakin melimpah. Bahkan pupuk juga dianggap sebagai penangkal penyakit.

Selain itu, harga pupuk ditingkat petani tetap saja mahal walaupun sudah disubsidi pemerintah. Beberapa mutunya sudah tak terjamin lagi. Ulah beberapa pihak yang menahan distribusi pupuk, hingga saat dibutuhkan harganya jadi melonjak tinggi. Lalu yang pantas dipertanyakan, apakah subsidi pupuk untuk petani ini salah sasaran?

Untuk jangka pendek, subsidi pupuk adalah solusi. Akan tetapi, lama kelamaan akan membuat petani kita menjadi tidak mandiri. Pupuk organic adalah solusi dibalik mahalnya harga pupuk anorganik saat ini.pupuk organik dapat dibuat dari bahan-bahan yang kita miliki sendiri, artinya tidak perlu mengeluarkan beaya. Memang, pada awalnya kita tidak bisa 100% lepas dari pupuk anorganik. Karena pupuk oraganik saja belum bisa memenuhi semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman, dan tentunya penggunaan pupuk organik saja tidak akan mencapai produktivitas maksimum. Yang terpenting adalah mengurangi penggunaan pupuk anorganik dahulu. Penggunaan pupuk organik secara bertahap akan meningkatkan kandungan unsur organik dalam tanah.

Kita harus bisa meyakinkan petani kita bahwa mereka bisa membuat pupuk sendiri. Kalau tak ada pupuk, maka buat pupuk sendiri dengan bahan-bahan yang ada. Contohnya pemanfaatan jerami sebagai pupuk, dibenamkan di lahan dan langsung ditanam. Kalau kekurangan hara/pupuk, baru membeli pupuk anorganik. Kalau ada uang, baru membeli pupuk. Artinya, petani kita harus mandiri. Tak boleh tergantung pada pupuk produksi pabrik. Karena harga pupuk akan terus naik, dan tak mungkin subsidi dikucurkan hanya untuk pupuk saja.

Tanah di Indonesia sebenarnya bukan tanah yang baik, karena Indonesia memiliki iklim tropis yang menyebabkan tanah-tanah di Indonesia sering tercuci. Tanah di Indonesia kebanyakan adalah tanah tua yang kandungan bahan organiknya sedikit, untuk itu perlu adanya penambahan bahan-bahan organik ke dalam tanah. Penyuluhan cara penggunaan pupuk tidak bisa ditekankan harus sesuai, karena jenis tanah di Indonesia sangat bervariasi, yang juga bervariasi unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Sebelum forum diskusi dibuka, peserta tampak serius sekali mendengarkan materi dari Ibu Heni. Perkembangan pupuk di Indonesia memang tak ada di materi kuliah, untuk itu mahasiswa harus mencari informasi sendiri. Forum diskusi berlangsung sangat seru, beberapa pertanyaan menarik terlontar dari para peserta dan undangan dari BEM Fakultas lain dan perwakilan dari himpro.

Kedepannya acara ini akan dilaksanakan kembali, tentunya dengan isu terhangat pertanian Indonesia saat ini. Selamat berjuang kawan!! Dunia pertanian membutuhkan orang-orang seperti kita untuk menjadikan pertanian Indonesia yang maju. Hidup pertanian Indonesia!! (Ariezha/Dept. Information and Communication Center)

*) Repost dari website http://bemfaperta.ipb.ac.id  yang sempat bermasalah dan artikel-artikel yang sudah di upload juga ikut hilang.

You Might Also Like

0 comments