The Alchemist
Tuesday, November 13, 2012
Sudah
lama mengenal judul buku ini, tapi dulu tak terpikir untuk membaca karena dalam
benakku ini adalah buku sastra dan tentu saja berat dipahami.
Tak
disangka ternyata buku 99 Cahaya di langit Eropa justru menuntunku membaca buku
ini. Hmm, memang benar buku sastra dan penuh kalimat-kalimat puitis yang
membutuhkan waktu untuk memahami. Tapi toh akhirnya buku itu juga yang memikat
saya untuk terus membaca, dan akhirnya saya menghabiskannya dalam 4 jam.
The
Alchemist, dari judulnya mungkin orang bisa memahami artinya adaah ahli kimia.
Memang tepat dan tidak salah, tapi dalam buku ini artinya bukan sekedar ahli
kimia yang menempa besi sedemikian kali, bekerja di lab untuk menemukan
bagaimana cara mengubah besi menjadi logam mulia (sejujurnya ini agak mengkhayal).
Sulit
dan mungkin agak susah menyatakan apa pesan moralnya karena bahasa yang cukup
rumit itu susah diserap hanya dalam semalam. Tapi, aku akan berusaha. Untuk
membacanya bisa memperoleh soft-copy bukunya lewat google. Karena ini karya
luar negeri, maka saya sarankan untuk mencari yang sudah terjemahan agar lebih
menikmati indahnya majas-majas.
Menurutku,
hidup adalah untuk mencapai impian. Apa impian kita ada pada suara hati kita,
dengarkan ia karena ia yang akan menuntun pada impian kita. Alam semesta akan
bersatu membantu manusia untuk mencapai keinginan suci-nya itu, itu yang
menurutku adalah kekuatan atau dorongan semangat yang luar biasa. Dalam proses
pencarian mimpi, semua tak semulus yang dibayangkan. Kita pasti mengalami
hambatan yang akan membuat kita berpikir untuk mengurungkan usaha kita dalam
mencapai mimpi tersebut.
Semua
orang punya mimpi dan punya pilihan untuk menggapai mimpi tersebut. Tapi meraih
mimpi tidaklah mudah, kita bisa kehilangan apa-apa yang sangat berarti dalam
hidup kita dalam usaha mencapai mimpi itu. Ada satu hal yang aku soroti dalam
buku ini, kita akan merasa bahagia ketika kita bisa melakukan apa yang sesuai
hati kita meski itu bukanlah kehidupan yang dipandang orang menyenangkan. Tapi
kita bisa hidup bergelimang harta, apa adanya, tapi hati kita merasa tidak
puas.
Selanjutnya,
belajar bukan hanya dari buku tapi bisa dengan melakukannya seperti si
penggembala domba yang selalu mempelajari perilaku dombanya yang menuntunnya
untuk mengetahui lebih banyak tanda-tanda alam.
Kemudian
tentang harta karun itu, ketika si bocah tadi telah sampai di piramida ia tak
menemukan apa-apa. Ia justru kembali kehilangan hartanya, yaitu emas yang
diberikan Al Chemist tadi karena dirampok oleh suku yang sedang mengungsi dari
perang. Namun disitulah ia diberi tahu bahwa salah seorang dari pengungsi itu
bermimpi menemukan harta karun terkubur dibawah sebuah pohon yang digambarkan
mirip di tempat asal si bocah tadi, dan kemudian si bocah menyadari bahwa
sesungguhnya harta karunnya adalah di desanya, bukan disini.
Aku
merasa pernah membaca kisah serupa sebelumnya. Tapi itulah proses, jika si
bocah tidak mengembara mungkin ia tidak tahu bahwa harta karunnya ada di
desanya. Lebih dari itu, tanpa mengembara ia tak mungkin melihat indahnya
piramida mesir, bertemu dengan Al Chemist dan belajar kehidupan bersamanya,
melewati gurun pasir bersama rombongan dan bertemu orang Inggris yang sangat
ingin mempelajari Al Chemist, bekerja di toko kristal dan melakukan
inovasi-inovasi.
Garis
besar lain yang bisa kutarik dari kisah ini adalah tentang keindahan dan nilai
suatu tempat. Kita baru akan tahu betapa indahnya tempat asal kita saat kita
telah melewati banyak tempat yang ada di muka bumi ini.
Baiklah..,
untuk kesekian kali saya terkagum-kagum pada bahasa sastra yang memberi makna
pada kehidupan. Memang.. apa guna rangkaian kata indah tanpa makna?
Betapa si penulis menggambarkan dengan indah kehidupan berbagai bangsa dan
agama. Tentang Andalusia, tanah di daratan Eropa dan tentang jazirah arab
(Mesir), semuanya begitu harmonis dalam gambaran
0 comments