4th Day in Australia - Poster Presentation and Symposium Dinner

Thursday, October 22, 2015

Schedule saya hari ini adalah poster presentation. Yap! Jadi ada banyak banget yang ikut poster pesentation, dan berdasarkan nomor urut poster saya kebagian presentasi hari Kamis, 8 Oktober 2015. Grogi itu pasti, tapi yang penting saya harus tau poin-poin apa yang perlu saya sampaikan kalau ada yang bertanya nantinya. 

Pagi itu saya habiskan buat baca-baca abstract yang saya buat. Intinya sih, penelitian saya membandingkan sistem perakaran padi rawa dengan kontrol varietas peka dan varietas toleran. Trus, saya jabarkan mekanisme toleransinya dilihat dari bobot kering akar dan pertumbuhan tajuknya. 

Pas coffee break, saya udah bilang ke mas Danny minta tolong difotoin buat LPJ (Hhehe buat sponsor). Saya sama mas Danny ngobrol, kemudian datanglah Nona dan Roel ikut gabung. Lalu jadilah obrolan kita balik pakai bahasa Inggris lagi. Habis coffee break, kita balik lagi ikutan seminar season selanjutnya.


Pork, pertama kali

Lunch hari ini gak seperti kemaren, prasmanan. Setiap participant ambil sendiri, dan untungnya (sekali lagi 'untungnya') ada tulisannya itu masakan apa. Sebenernya saya di belakang mas Danny, tapi saya gak ngelihat tadi dia ambil atau enggak, tangan saya udah megang sendok buat ambil daging yang dari penampilannya enak, tapi kemudian saya baca "pork" dan langsung saya kembalikan ke tempatnya. Hampir aja, seruku dalam hati. Saya langsung lanjut ke masakan selanjutnya, dan saya ambil banyak banget sayuran plus kentang. Lapar, tapi makanan di sini gak nendang kayak nasi, dan makanan-makanan ini bikin cepet menuhin perut plus cepet laper lagi, jadi saya kudu sering-sering makan. 


Poster Presentation 

Segera setelah selesai makan siang, saya turun ke bawah jam 12.30 karena presentasi poster dimulai jam 1.00 pm sd 2.45 pm jadi saya harus persiapan dulu. 

Grogi, pake banget! Sebelah saya P101 itu dari The University of Tokyo, dan saya gak kebayang presentasi bahasa Inggris saya pasti njomplang sama sebelah saya. Belum yang P103, native asli native.
P012 is my poster!
Saya lihat poster saya berulang-ulang kali sambil menyusun kata-kata kembali biar gak stuck. Tiba-tiba ada peneliti dari Bangladesh yang juga presentasi poster mampir ke poster saya dan minta dijelasin apa yang saya teliti. Yap, ini pemanasan namanya. Sebelum dimulai, udah ada yang mampir ke poster saya.

Selanjutnya, mahasiswa dari Western Australia juga mampir ke poster saya dan minta dijelasin poster saya. Nah, setelah itu saya gak bisa hitung lagi berapa orang yang mampir dan diskusi terkait isi poster saya. Sensei dari Jepang, scientist dari Jepang yang sekarang bekerja di CSIRO, scientist dari China, orang Bangladesh, orang India, Nona of course, mas Danny, lalu ada orang Australia yang bekerja di CSIRO, hanya itu yang masih bisa saya ingat. Banyak hal saya pelajari setelah poster presentation session, ini adalah kali pertama buat saya.

Kunci sukses di poster presentation adalah sosialisasi sebelum hari H. Why? Karena ada banyak poster pada saat bersamaan, jadi sulit bagi mereka dapat mengunjungi semuanya. Banyak atau tidaknya orang yang mau berkunjung dan tertarik pada poster kita bisa kita usahakan melalui sosialisasi. Caranya? Cari kenalan sebanyak-banyaknya, misalnya kenalan pas lunch, fieldtrip, dll lalu buka obrolan tentang riset masing-masing, dan undang mereka untuk datang ke poster kita.

Setelah lonceng berbunyi, saya langsung lari ke atas dan minum air putih yang banyak. Ternyata, presentasi poster cukup bikin berbusa juga ya.. But nice, karena penelitian yang buat saya simple ini membuat beberapa orang penasaran juga. Lebih awesome lagi, saya lihat poster mereka bagus-bagus. Ini kali kedua saya ikutan poster, dan udah improve sih, tapi masih belum merasa sempurna. Any way, Alhamdulillah done!!


Nice to have conversation with Daniel

Perjalanan menunju National Arboretum Canberra difasilitasi pakai bus, dan ada 3 kali bus. Saya langsung keluar ikut bus pertama dan nyari kursi yang masih kosong. Karena kursi udah penuh, akhirnya ada yang duduk di sebelah saya. Jujur saya lebih pede ngedeketin orang Asia daripada orang Barat. Entah hanya saya merasakan atau gimana, kalau bertemu orang Asia saya merasa lebih dekat dan lebih tenang. Apalagi ketemu orang Indonesia, insting-nya langsung pengin curhat hhehe.

Namanya Daniel dari University of Melbourne, concern ke Metabolomics (entah dalam bayanganku ini orang pasti mempelajari metabolit-metabolit tanaman yang rumit itu). Mulanya kita hanya sharing penelitian, tentang penelitian saya dan dia. Saya bilang penelitian tentang padi, dan dia bilang kalau banyak orang meneliti padi. Yap, karena padi adalah makanan pokok di negara saya. Lalu bertanya saya mahasiswa Master atau PhD, karena saya jawab Master dia lanjut menanyakan apa saya akan lanjut ke PhD dan saya jawab kalau itu ada di rencana saya tapi saya belum menentukan kemana saya akan menempuh PhD.

Karena saya tanya-tanya dia Australian dan hometown-nya di Melbourne, akhirnya saya cerita kalau saya kemarin naik bus dari Melbourne ke Canberra, dan dia bertanya kenapa saya gak pilih naik pesawat aja yang lebih cepet. Saya bilang kalau memang saya pengin menikmati perjalanan dari Victoria ke New South Wales, saya cerita kalau itu nggak ada di Indonesia, jalan tol yang di kanan kirinya ada padang rumput luas banget lalu banyak juga gembalaannya. Lalu dia mulai memahami apa yang saya inginkan. Dia tanya lagi, apa saya akan langsung pulang setelah acara simposium selesai?. Saya jawab enggak, saya punya 1 hari di Canberra, 1 hari di Sydney dan saya akan mengunjungi beberapa tempat sebelum pulang. "Because you came here far away from your country, so you must have sightseeing to the interesting place!" katanya.

Obrolan berlangsung jadi lebih menarik, karena saya banyak nanya-nanya tentang sejarah Australia dan Daniel juga interest buat menjelaskan (karna saya tau dia orang Australia *kesempatan*). Bermula dari kemarin saya ikutan trip ke Australian War Memorial, dan akhirnya saya tanya-tanya sejarah Australia. "Australia is occupied by UK?" tanyaku, yang berlanjut ke penjelasan yang panjang. Dari James Cook yang pertama kali menemukan, dan saya langsung bilang "Oh, thats why there is James Cook fountain in Lake Burley Griffin". Berlanjut-lah cerita tentang Danau Burley Griffin yang sebenernya itu artificial alias sengaja dibuat dengan membendung dua aliran sungai yang ada di situ. "Semua yang di Canberra adalah buatan, dan saya sangat kagum kepada pendahulu-pendahulu bagaimana mereka mendesaign semua hal tersebut" katanya. Sebelum Canberra ditetapkan jadi ibukota (Australian Capital Territority, ACT), setiap tahun ibukota Australia selalu berpindah-pindah dari Melbourne ke Sydney (exactly as I read in the Internet). Lalu saya bertanya lagi, apa Canberra berada atau di kelilingi oleh tanah New South Wales? Katanya bukan, tapi di tanah Victoria dan NSW.

"Apa kamu sudah melihat Kangguru?" dan spontan saya menggelengkan kepala. "Dimana saya bisa melihat kangguru?" tanya saya sambil mengernyitkan dahi penasaran. Lalu dia cerita kalau kemaren yang ikut trip ke Botanical Garden, tiba-tiba ada kangguru dan si sopir memberhentikan bus agar para peserta dapat menggambil gambar. Kalau kamu beruntung, kamu bisa melihatnya di taman-taman kota. "Mereka hidup bebas?" tanyaku. Ya, mereka hidup bebas dan mereka suka rumput. Populasi mereka makin bertambah karena nggak punya predator, atau mungkin satu-satunya musuh mereka adalah manusia.

Wow!! Semoga saya beruntung bisa melihat kangguru langsung! Teriakku dalam hati.

Nah, pemandangan di Arboretum mulai kelihatan bagus. Saya diam dan mulai memperhatikan design penataan arboretum "Woah!!". Dia juga mulai melihat sekeliling. Dan, saya lihat tower yang saya tidak tau itu tower apa yang semakin tampak besar. Lalu saya tanya "What is that?" Daniel bilang itu telecomunication tower, the largest provider in Australia "Telstra". "Telstra?" saya ulangi lagi.

Bus berhenti dan kita harus turun ke Arboretum. Kita berpisah, yap masih ada esok yang semoga kita bertemu lagi. But, nice to have long conversation with you Daniel!

Banyak hal atau sejarah yang hanya bisa kita peroleh informasi detail-nya dari orang asli. Informasi dari Daniel melengkapi banyak hal yang gak saya baca sebelumnya di Internet. Kemarin di Foriade saya ngobrol juga dengan orang asli, dan mereka bilang beginilah khas Spring di Canberra, dengan cuaca ekstrim yang berubah-ubah. Yapp, ini menambah daftar panjang saya bahwa orang Australia itu ramah, as well as Asian.


National Arboretum Canberra

Pertama kali turun dari bus saya langsung terpesona dengan hamparan bukit yang luas. That was nice scenery! Langsung saya keluarkan kamera dan mengambil foto di banyak spot. Lalu, dengan ragu-ragu saya minta peserta lain untuk mengambil gambar saya dengan background pemandangan tersebut. 

Di arboretum banyak sekali penjelasan terkait berbagai jenis tanaman yang diintroduksikan untuk ditanam disini, beberapa gambar dipamerkan kepada para peserta. Selanjunya kami juga ditunjukkan koleksi bonsai mereka. Bicara bonsai, Jepang adalah masternya. 

Saya kembali bertemu Nona, dan dia menarik saya buat berfoto bersama teman-temannya dari Jepang. Just follow us! Begitu kata Nona pada saya. Saya akhirnya berkenalan dengan Emi dari Nagoya University, dan ah saya lupa namanya, dia dari Tokyo University of Agriculture and Technology. Saya bisa langsung akrab dengan mereka karena banyak obrolan yang bisa langsung nyambung. 

Nice to meet you all!! (taken by Kabuki)
Softdrink and juice, while the others take beer and wine

Kami masih ngobrol-ngobrol diluar saat pelayan mulai mengantarkan minuman pembuka. Pada pesta memang umumnya mereka menyajikan beer, dan sudah berulangkali saya diberi tahu kalau pasti ada minuman non alkohol yang mereka sediakan dan kita harus request, beberapa diantaranya yaitu softdrink atau juice. Dari sore hingga malam, saya hanya minum kedua jenis minuman ini di saat yang lain minum beer maupun wine.


Symposium Dinner

Sepertinya Nona tau kalau saya minoritas dan sendirian, jadi sulit bagi saya menemukan teman untuk makan malam. Biasanya pula kalau makan malam pasti mereka membentuk kelompok. Dia berulang kali bilang ke saya, just follow us! Artinya dia nggak keberatan saya bergabung dengan mereka, meskipun mayoritas adalah orang Jepang dan dari Nagoya University. 

Kami mencari meja yang masih kosong hingga ke depan, namun Roel memanggil dan mengajak kami bergabung. Dan meja kami adalah kumpulan dari orang-orang Asia. Kabuki mengajak saya berkenalan, yap dia first year of PhD di Nagoya. Lalu ada satu orang scientist dari China, alumni Nagoya yang duduk di sebelah kiri saya. Sepanjang malam saya ngobrol dengan dia baik tentang Indonesia maupun tentang Muslim. 

Setelah berkenalan dan tahu saya dari Indonesia, dia bertanya ada banyak suku di Indonesia yang berbeda-beda, bagaimana kalian bisa bersatu? Maksudnya bagaimana kalian bisa bersatu dalam hal komunikasi dengan bahasa yang berbeda-beda. Hmm *agak bingung* tapi saya bilang "kami punya bahasa persatuan, bahasa Indonesia, yang setiap orang pasti bisa". Pertanyaannya saya balik ke dia, karena saya juga tau kalau China itu punya banyak etnis "bagaimana mereka bisa bersatu?". Dia bilang, meskipun kami punya bahasa berbeda-beda, tapi karakter tulisan China itu punya makna yang sama. Oh I see, saya segera paham. Iya, karaker china itu baik di china, korea ataupun jepang artinya sama, karena itu symbol.

Orang bilang ketika kita keluar negeri, maka secara tidak langsung kita adalah duta dari Indonesia. Jadi, seberapa baik wawasan kita tentang Indonesia akan teruji ketika orang asing bertanya banyak hal tentang Indonesia.

Obrolan berlanjut ketika Kabuki bermaksud menuangkan Wine di gelas saya, dan saya bilang "No, I cann't drink alcohol". Mereka langsung paham. "So, what you cann't eat and drink?" tanya Nona. "Alcohol and Pork" saya jawab. Lalu Nona melihat daftar menu yang akan disajikan dan kemudian bilang "I think these foods are okay!" yapp thanks Nona.

Kemudian sebelah saya bertanya, ada seorang Muslim di kampus saya dan mereka melakukan puasa selama 1 bulan penuh. Apa kamu juga melakukannya? Ya, tentu aja. Ada 1 bulan dimana moslem wajib berpuasa penuh seharian.
Roel, Nona, Kabuki, Me, teman dr TUAT, dan dari China (taken by Emi)

Melihat saya dari tadi hanya minum air putih, Kabuki bilang ke saya kalau saya bisa pesan minuman yang lain selain wine. Lalu Roel juga bilang, kalau dia tadi memesan beberapa botol beer juga. Yap, thanks Kabuki. Akhirnya saya request juice ke pelayan dan beberapa saat kemudian dia mengantarkan juice ke meja kami. 
Saya suka, mereka care. Mereka tau saya moslem dan mereka peduli dengan apa-apa yang nggak boleh saya makan. I means, mereka kasih tau kalau saya boleh makan ini dan itu atau tidak.

Dance, dan ternyata mereka gila dance!!

Sebelum makanan utama dihidangkan, MC mengajak para peserta untuk dance ke depan. Saya dan Nona tetap di tempat. Emi, Kabuki dan Roel maju ke depan. Sebelah kiri saya gak maju, entah kenapa. Dance-nya mudah sih! Tapi, entah saya merasa gak mau ikutan. Emi bilang e saya, kamu harus coba! Semua anak muda ikutan.

Dance kedua, muka Kabuki agak kesel sama saya karena dari semua dia belum dapet pasangan, padahal dia pengin sekali dance di depan dan saya gak mau dance lebih memilih duduk saja.

Dance kesekian, kepala saya makin pening, dan saya memilih mengambil video mereka. Ya, karena semua teman semeja saya maju ikutan dance ke depan.



I think that I'm the only moslem here (with mas Danny of course)

Sesaat sebelum makanan utama dihidangkan, tiba-tiba seseorang peserta menghampiri saya dan bertanya "Apa kamu muslim? Apa yang akan kamu makan? Apakah halal?" lha kok dia tahu halal, berarti dia muslim. Karena saya sudah dikasih tau Nona dan sebelah saya kalau nggak ada pork, saya bilang kalau its okay. Lalu saya berbalik tanya ke dia "Are you okay?" dia bilang "I have no idea". 

Wew, mungkin yang paling mudah diidentifikasi moslem adalah saya, karena saya mengenakan jilbab. Kalau laki-laki, mana ada yang kelihatan dari sisi pakaian? Yap, saya mafhum kenapa dia tiba-tiba datang bertanya hal seperti itu ke saya. I think that I'm the only moslem here.


Fortunately, we stayed in the same hostel and just knew that night!

Dinner selesai pukul 10.30 dan bus pertama akan segera tiba. Saya langsung kenakan jaket, karena diluar dingin sekali. Yap, saya harus tiba di Realm Hotel secepat mungkin karena saya masih harus naik taksi ke City Hill (jam segini hanya taksi yang bisa diandalkan di Canberra). 

Sesampainya di Realm Hotel, saya langsung lari menuju resepsionis dan bilang "Can you tell me how to get taxi?" dan si resepsionis langsung bilang "I'll call you the taxi". Saya tunggu sebentar, dan kemudian resepsionis bilang "the first taxi is yours, just wait for a moment" katanya. "Okay, thank you very much!" saya langsung lari ke luar hotel. 

Nona bilang ke saya "are you going to city hill?" saya mengiyakan. Why? Sebenarnya saya penasaran. Tapi saya keburu ngejar taksi di depan hotel karena melihat ada orang yang mau naik taksi juga, padahal resepsionis sudah bilang kalau taksi buat saya adalah yang pertama kali datang.

Saya tanya ke driver "Is the hotel call you?" dia menganggukkan kepala, lalu saya buka pintu. Karena orang Jepang tadi stop taksi juga, maka saya tanya dia mau pergi kemana, ternyata dia bilang mau ke City Hill. "Oh, we can go together" saya bilang. "How many people will go to City Hill?" dan dia bilang 3 orang, termasuk saya. Akhirnya saya duduk di depan, ya karena saya tau mereka berdua laki-laki, pasti lebih nyaman kalau saya yang duduk di depan. 

Whats your name? Saya paling bingung kalau ditanya ini, karena panjang sekali nama saya. Akhirnya saya tunjukkan nametag "just call me Izza". Where are you come from? Saya bilang dari Indonesia. Lalu dia bilang kami dari Jepang dan saya bilang "Yes I know" secara muka orang Jepang itu khas banget buat saya. 

Namanya Koyama, dari Nagoya University. Takuya Koyama dan Takuya Kabuki, kayak orang kembar yaa? Hehee. Kabuki satu meja dengan saya waktu dinner, dan entah kali ini dia banyak diem. Koyama yang lebih banyak bicara. Ada saat jadi hening, lalu saya memulai obrolan "Where did you stay?" dan sejujurnya pronounciation Koyama agak sulit saya pahami, tapi waktu dia bilang "YHA" saya langsung bilang "Woah, we stay in the same place!" kata saya. "How do you usually go to Realm Hotel?" saya iseng nanya daripada diem. "By bus" jawab koyama singkat. "Number 2" dia lanjut dan saya nyahut "and number 3" hhaha seru deh. 

Kupikir mereka mulai lelah, atau karena efek wine. Dan meskipun lelah, tapi saya masih semangat ngajak ngobrol mereka.

Saya lihat argo, wah baru nyeberang jembatan udah 12$ dan saya siap-siap uang 20$ karena posisi saya depan. Iya kita pasti patungan, tapi kan lama, jadi saya inisiatif pake uang saya dulu. Pas sampai YHA, saya lihat 14$ lalu saya kasih uang 20$. "No!" suara Kabuki dari belakang. Mereka sudah ngumpulin uang mereka dan dikasih ke saya. Tapi loh, mereka ngasih 15$ kan harusnya tiap orang 5$ dan saya kembalikan 5$ ke Koyama, tapi dia nggak mau meski saya paksa. Wahh! okelah, saya bilang thanks ke mereka. 

Waktu lihat nametag saya "Bogor Agricultural University" Koyama langsung bilang kalau dia pernah ikut conference di Bogor dekat dengan Botanical Garden, tentang crop production dan saya ingat kalau memang pernah ada kalau nggak salah tahun 2010. "Apa kamu waktu itu ikut?" dan saya bilang tidak, karena waktu itu saya masih S1 dan belum concern ke conference. 

Kabuki membuka pintu hostel, tapi saya bilang kalau kita harus pakai swift card. Setelah pintu terbuka, Koyama tiba-tiba lari entah kemana dan bilang "Good nightt, see you tomorrow!". Spontan juga saya teriak "Eh where are you going?" tapi kata Kabuki "Its okay, you can go first". Dan saya naik ke lantai atas duluan. 

What an interesting day!!

You Might Also Like

2 comments

  1. Bener banget rin kutipan "Orang bilang ketika kita keluar negeri, maka secara tidak langsung kita adalah duta dari Indonesia. Jadi, seberapa baik wawasan kita tentang Indonesia akan teruji ketika orang asing bertanya banyak hal tentang Indonesia. "

    mereka banyak nanya mengenai sejarah Indonesia, mamam deh untung pernah baca sedikit sedikit. kwkwk.

    ReplyDelete
  2. Bener banget dis.. justru habis itu aku ngerasa masih perlu banyak baca-baca lagi wawasan nusantara

    ReplyDelete